A. Sampah di Jepang
Umumnya di tempat-tempat umum di Jepang tersedia tempat sampah untuk membuang sampah, yang terdiri dari berbagai macam tempat sampah berdasarkan jenis sampah yang boleh ditaruh. Ada tempat sampah untuk sampah yang bisa dibakar, ada tempat sampah untuk sampah yang tidak bisa dibakar, ada tempat sampah untuk botol dan kaleng, dan sebagainya.
B. Pengelolaan Sampah di Jepang
Ada 4 R yang dilakukan orang Jepang untuk mengatasi masalah sampah ini, yaitu reduce, recycle, reuse dan refuse.
Yang dimaksud dengan reduce adalah, masayarakat di ajak untuk sebisa mungkin mengurangi pengeluaran sampah dari rumah, baik yang terbakar ataupun yang tidak terbakar. Caranya yaitu dengan benar-benar membeli atau memakai barang-barang yang benar-benar penting saja. Rumah-rumah di Jepang masa kini yang rata-rata mungil, tidak memungkinkan untuk memuat banyak barang, terutama bagi yang tinggal di apartemen dan mension. Jadi, barang-barang di dalam rumah harus di set minimalis. Selain itu ada peraturan yang mengharuskan seseorang membayar sejumlah uang ketika ia membuang barang-barang besar yang sudah tidak terpakai lagi.
Yang dimaksud dengan recycle (daur ulang) adalah membuat barang baru dari barang yang sudah tidak dipakai lagi. Misalnya dari kertas koran atau majalah, didaur ulang menjadi tissue untuk toilet. Dari plastik-plastik bekas, bisa buat pot-pot tanaman atau barang plastik lainnya.
Yang dimaksud dengan reuse adalah mengusahakan agar barang-barang yang masih bisa dipakai, tetapi sudah tidak diinginkan lagi, dijual ke orang lain. Di Jepang ini banyak dilakukan flea market. Menjual barang-barang bekas yang masih bagus kepada orang lain yang membutuhkan. Untuk hal ini menghasilkan kebiasaan unik pada orang jepang, yaitu kebiasaan merawat barang, bahkan sampai kepada bungkus-bungkusnya, agar tetap bagus. Mungkin karena untuk mempertahankan nilai jualnya nanti bila sudah tidak diperlukan lagi. Arti reuse selain itu adalah memakai barang yang sudah tidak diperlukan lagi dengan fungsi yang lain.Misalnya sikat gigi yang sudah tidak terpakai, digunakan untuk membersihkan wastafel atau sela-sela tempat yang sulit dijangkau oleh sikat biasa.
Terakhir adalah refuse, yaitu kebiasaan untuk menolak barang-barang yang tidak terlalu penting. Misalnya mengurangi pemakaiankantong plastik dari supermarket. Akhir-akhir ini para ibu-ibu Jepang biasa membawa keranjang belanjaan sendiri. Dengan cara ini, keluarga Jepang bisa mengurangi jumlah sampah plastik yang dikeluarkan dari rumah mereka. Selain itu juga untuk produsen, disadarkan untuk tidak membuat barang-barang yang kurang penting, sedangkan untuk konsumen disadarkan untuk tidak membeli barang-barang-barang yang kurang penting. Tetapi hal ini kabarnya sulit untuk dilaksanakan. Terutama mengkatagorikan mana barang yang penting dan mana barang yang tidak penting.
C. Manfaat Pengelolaan Sampah di Jepang
Di Jepang, tingkat pengelolaan sampah termasuk cukup maju di dunia. Sampah di Jepang dipilah sesuai dengan jenisnya dan dikelola dengan baik. Sampah botol kaca, botol plastik, kertas, dan sampah rumah tangga dibeda-bedakan. Sebagian didaur ulang. Kecanggihan teknologi Jepang telah memungkinkan negara ini membuat baju dan kain dari serat plastik yang berasal dari pet bottle atau botol plastik minuman ringan.
Sementara, sebagian besar sampah organik—khususnya yang datang dari hotel-hotel maupun di departemen store—dijadikan kompos atau pupuk organik. Bus kota yang dioperasikan oleh kota metropolitan Tokyo (Toei Bus) telah berani mengklaim merupakan bus kota ramah lingkungan. Misalnya, bahan-bahan yang digunakan untuk tempat duduknya merupakan produk daur ulang. Pada saat berhenti di lampu merah, sopirnya pun tidak segan-segan mematikan mesinnya dengan alasan untuk menghemat bahan bakar dan juga mengurangi polusi. Hebat, bukan?
Secara ekonomi, bangsa dan masyarakat Jepang termasuk bangsa yang maju. Ekonomi negara itu secara hitungan statistik nomor dua setelah Amerika Serikat. Secara umum kota-kota di Jepang, baik besar maupun kecil, terjaga kebersihannya, rapi, sistematik, dan teratur. Meski negara ini secara ekonomis telah berhasil, namun salah satu kunci penting dari kebersihan dan kerapian publik di kota-kota di negara itu adalah karena kesadaran masyarakatnya. Mereka sadar, bahwa kebersihan kota adalah tanggung jawab individu, bersama-sama, alias komunitas.
Ketika tong sampah dan tempat sampah umum dikurangi dengan alasan untuk mengurangi bahaya kemungkinan teroris memasukkan bomnya, masyarakat Jepang pun tak segan-segan memasukkan sampahnya di tas. Baru kemudian dibuang di tong sampah yang dapat ditemukannya. Bahkan, tak jarang setelah sampai di rumah baru dibuang. Di Tokyo, selain dilakukan pemilahan sampah, daur ulang, juga terdapat jadwal pembuangannya. Misalnya, Senin untuk sampah yang dapat dibakar atau sampah rumah tangga (moeru gomi), Selasa untuk benda-benda plastik, Rabu untuk botol kaca, dan seterusnya.
Selasa, 01 Maret 2011
Langganan:
Postingan (Atom)